bojonegorokab.go.id - Usaha kerupuk klenteng di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Bojonegoro makin dikenal pembeli. Hal ini seiring era digital yang memudahkan pengusaha untuk promosi. Sedang pembeli lebih mudah mendapatkan melalui jasa pengiriman.
Menurut Anton Indarno, pemilik usaha kerupuk klenteng, era digital saat ini makin memperluas pasar kerupuk. Pembeli tidak hanya dari Bojonegoro saja, melainkan dari luar daerah seperti Tuban, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, dan kota-kota lain. “Beberapa waktu lalu ada pesanan 150 kg kerupuk. Dan kita mengirim ke sana,” katanya. Kerupuk Klenteng merupakan salah satu kuliner khas Bojonegoro. Kerupuk ini sudah ada sejak 1929 atau sekitar 91 tahun silam.
Usaha ini mengalami pasang surut seiring perkembangan zaman. Dan kini, era digital, usaha kerupuk ini tidak mau ketinggalan dan terus berusaha berinovasi. Hal itu dimulai dengan branding logo baru yang dibuat pada 2012 lalu. Logo kerupuk klenteng lebih terkesan vintage dan asyik untuk dilihat. Selain itu nama kerupuk juga dipatenkan. Dan kandungan kerupuk juga diuji labaratorium untuk lebih meyakinankan pembeli kualitas kerupuk klenteng. “Kita tidak mengunakan bahan kimia. Bisa dilihat di hasil uji lab. Pemutih tidak pakai Borax, formalin dan lain-lainnya kita juga tidak pakai,” kata Anton sambil menunjukkan hasil uji laboratorium.
Saat ini, lanjut dia, pembeli mudah mendapatkan kerupuk klenteng. Biasanya pembeli menggunakan jasa Gojek atau Grab serta jasa layanan pengiriman lokal Wira-Wiri dan Jasa Online Bersama. Produksi kerupuk pun stabli. Kini rata-rata menghabiskan bahan tepung 2 kuintal tiap hari. “Harganya Rp 28.000 per kilogramnya,” kata Anton. (Nng/Kominfo)
Sangat Puas
80 % |
Puas
5 % |
Cukup Puas
0 % |
Tidak Puas
14 % |