bojonegorokab.go.id - Sejumlah daerah yang mengalami kekeringan di wilayah Kabupaten Bojonegoro mulai menerima bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Hari ini, Senin (26/08/2019) BPBD Bojonegoro mendistribusikan 1.260.000 liter air bersih di 26 desa dari 12 kecamatan.
Ke 26 desa tersebut antara lain Desa Pejok Kecamatan Kepohbaru, Desa Ngeper Kecamatan Padangan, Desa Kedungsari, Bakulan, Pandantoyo Kecamatan Temayang, Desa Bareng , Siwalan, Panunggalan, Jatitengah dan Panemon Kecmatan Sugihwaras; Desa Gamongan dan Malingmati Kecamatan Tambakrejo; serta Desa Sugihwaras, Luwihaji dan Nganti Kecamatan Ngraho. Kemudian Desa Sukowati Kecamatan Kapas; Desa Pelem, dan Donan Kecamatan Purwosari; Desa Tlogohaji, Sumberherjo dan Kayu Lemah Kecamatan Sumberejo; Desa Kasiman dan Sambeng Kecamatan Kasiman; Desa Sumberjokidul Kecamatan Sukosewu; serta Desa Kolong dan Desa Ngasem Kecamatan Ngasem.
Menurut Kepala BPBD Bojonegoro, Umar Ghoni, upaya ini dilakukan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mengalami kekeringan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. "Penanganan lainnya memberikan stimulan berupa terpal untuk dijadikan tandon sementara di titik daerah rawan kekeringan,"katanya. Dikatakan, dalam proses pendistribusian air bersih ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Yakni permintaan bantuan air beesih harus melalui Pemerintah Desa dan diketahui oleh Pemerintah Kecamatan. "Ini harus dilakukan agar distribusi bisa dapat tepat ke masyarakat yang membutuhkan," tegasnya. Ditambahkan, Berdasarkan surat edaran dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun meteorologi kelas I Juanda Surabaya. Nomor : KT.304/1022/KSUB/VIII/2019, tanggal 20 Agustus 2019 tentang prakiraan kondisi iklim bulan Agustus – November 2019, monitoring hari tanpa hujan, dan prakiraan awal musim hujan 2019/2020 di Jawa Timur.
Sementara berdasarkan peta prakiraan curah hujan oleh Stasiun Klimatologi Malang adalah akumulasi curah hujan selama bulan September ini berkisar antara 0-200 mm. Dominan masih termasuk kategori curah hujan rendah, dan akumulasi curah hujan selama bulan Oktober antara 0 – 400 mm, sebagian kecil wilayah Jawa Timur diprakirakan telah memasuki awal musim penghujan.
"Sedangkan akumulasi curah hujan selama bulan November berkisar antara 21 – 500 mm, sebagian besar wilayah Jawa Timur telah memasuki awal musim hujan," jelasnya. Puncak musim kemarau di Jawa Timur diprakirakan terjadi pada bulan Agustus hingga September 2019. Yang ditandai dengan suhu udara pada malam dan pagi hari akan terasa lebih dingin dan pada siang hari suhu udara terasa panas dan terik. "Kami himbau kepada seluruh warga Bojonegoro untuk mewaspadai kejadian yang memicu terjadinya kebakaran," pesannya. (Fif/Kominfo)
Sangat Puas
80 % |
Puas
5 % |
Cukup Puas
0 % |
Tidak Puas
14 % |