Bojonegoro Berpeluang Jadi Lumbung Pangan Nasional

Administrator System
15-Mar-2019
1961

bojonegorokab.go.id - Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi lahan pertanian cukup luas sehingga sangat berpeluang menjadi lumbung pangan untuk menjaga ketahanan pangan nasional. Menurut Sosiolog Univrsitas Gadjah Mada (UGM) dan Satgas Dana Desa, Arie Sudjito peluang itu dapat diwujudkan melalui intervensi kebijakan mulai tingkat kabupaten hingga desa. Di tingkat kabupaten bisa berupa peraturan daerah (Perda) dan peraturan bupati (Perbup). Sedangkan di desa bisa berupa peraturan desa (Perdes). "Tujuannya untuk melindungi lahan produktif dari politik pembangunan agar tidak terjadi alih fungsi lahan," kata Arie Sudjito saat menjadi nara sumber dalam sarasehan 12 tahun Sinau Bareng Ademos di Pendapa Pemkab Bojonegoro, Jumat (15/3/2019). Berbicara pertanian, lanjut Sudjito, bukan hanya tentang bercocok tanam. Melainkan bagiamana menjaga kultur masyarakat, dan mengolah hasil pertanian sehingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. Menurut Sudjito, sejak berlakunya Undang-undang Desa No 6 tahun 2014, desa memiliki kewenangan luar biasa untuk mengelola potensi desanya. Apalagi di dukung dengan dana desa (DD) yang digelontor pemerintah pusat. "Ini sebagai bentuk komitmen politik untuk memberdayakan desa. Desa sekarang menjadi subjek pembangunan," tegas pria yang ikut mencentuskan UU Desa itu. Untuk mewujudkan desa sebagai pilar ketahanan pangan, lanjut Sudjito, pemerintah desa harus memprioritaskan pertanian dalam RPJMDes. Dengan begitu lahan pertanian dapat dimanfaatkan secara maksimal. "Dengan begitu desa bisa menghidupi dirinya sendiri, mensubsidi desa lain bahkan menjadi ketahanan pangan nasional," tandasnya. Upaya mewujudkan desa sebagai pilar ketahanan pangan telah dimulai asosiasi demokrasi untuk kesejahteraan masyarakat (Ademos) selama 12 tahun. Yakni melalui gerakan sinau bareng yang dipusatkan di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo. Sinau Bareng merupakan sarana transformasi ilmu. Masyarakat diajari cara bertani, beternak, dan mengembangkan UMKM mulai hulu hingga hilir. Di bidang peternakan, sinau bareng berkolaborasi dengan kelompok tani Ustan Mandiri mengelola peternakan sebagai percontohan. Saat ini ada 135 sapi yang dikelola. Kemudian, budidaya lele sistim biovlog yang dikolaborasikan dengan tanaman. Budi daya ini akan dikembangkan di desa-desa di wilayah barat Bojonegoro. Sinau bareng juga memberikan pendampingan dan pelatihan bagi pelaku UMKM untuk memanfaatkan potensi yang ada di desa. Salah satunya pisang. Produksi pisang selama ini dijual ke luar kota. Kemudian pisang tersebut diolah menjadi keripik. Produk bernama Bojoneegoro Food Mister Bonano itu sekarang ini telah masuk di 100 outlet di Jawa Timur dan Jawa Tengah. "Sehingga ada nilai tambah ekonomi yang diterima masyarakat," tegas Ketua Ademos, M Kundori. Wakil Bupati Bojonegoro, Budi Irawanto mengapresiasi pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan Ademos. Menurut dia, hal itu sejalan dengan target Bojonegoro menjadi lumbung pangan nasional, karena mayoritas Bojonegoro adalah petani. "Harapannya kegiatan itu tidak hanya dilaksanakan di wilayah barat. Kedepan bisa mencakup wilayah timur dan selatan. Karena masyarakat di wilayah selatan justru masih terbelakang dan perlu diberdayakan," pesan Wabup.(dwi/kominfo)

Bagaimana Tanggapan Anda Tentang Kami?

Sangat Puas
80 %
Puas
5 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
14 %