bojonegorokab.go.id - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, mengikuti simposium Asia Pacific Geopark Network (APGN) ke-6 di Hotel Lombok Raya Nusa Tenggara Barat (NTB), mulai Selasa - Jumat (3-6/09/2019) besok. Simposium APGN ini akan dihadiri 800 peserta dari 30 negara.
Ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan yakni geofair dan UMKM Expo. Bojonegoro hadir dalam ajang internasional ini karena geopark Bojonegoro sebagai salah satu geopark nasional. Kawasan geopark Bojonegoro ini resmi memperoleh sertifikat geopark nasional sebagai kawasan cagar alam geologi dari Badan Geologi, Kementerian ESDM pada 2017 lalu. Dengan areal seluas 23 kilometer persegi dan dihuni 1400 jiwa, Kawasan Geopark Bojonegoro menjanjikan wisata alam khususnya berupa hamparan minyak yang menyatu dengan kebudayaan setempat. Selain hamparan minyak, masih ada destinasi wisata yang juga tersebar di Kawasan Geopark Bojonegoro. Di antaranya, struktur “Antiklin” Kawengan bagian puncak antiklin, bagian sayap kanan dan sebagian sayap kiri, semuanya di Kecamatan Kedewan.
Geopark lainnya adalah Kayangan Api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Dung Lantung di Desa Drenges, Kecamatan Sugihwaras, dan lokasi temuan fosil gigi hiu purba di Desa Jono, Kecamatan Temayang. Selain banyak dikunjungi wisatawan, selama ini kawasan Geopark Bojonegoro juga kerap dijadikan sebagai laboratorium alam oleh perguruan tinggi ternama dengan belajar langsung. Mereka biasanya akan terkonsentrasi di kawasan hamparan minyak. Di kawasan ini, terdapat sejumlah titik yang kerap dikunjungi seperti pertambangan minyak yang telah dikelola selama 110 tahun. Ada pula keunikan lain geologi yang berada di kawasan ini adalah batuan reservoar penghasil minyak bumi pada kedalaman rata-rata +100 meter di bawah permukaan tanah (kedalaman reservoir berada diatas permukaan air laut). Ini membuktikan bahwa minyak bumi di Wonocolo merupakan reservoir terdangkal di Indonesia bahkan dunia.
Di sini, terdapat 700 sumur minyak yang 200 sumur di antaranya ditambang secara tradisional. "Ada dua geopark yang akan kita tampilkan di Lombok yakni Kayangan Api dan Wonocolo," kata Kepala Bidang Kelembagaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bojonegoro, Dyah Enggarini Mukti, Senin (2/9/2019). Enggar, sapaan akrabnya berharap, melaui simposium APGN ini dapat membangun jejaring dengan kawasan geopark se-Asia Pacific. Selain itu mengenalkan potensi unik petroleum heritage bojonegoro. "Juga mengenalkan seni dan budaya batik dan thengul ke dunia internasional," tegasnya. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Amir Syahid menambahkan, ada beberapa kegiatan yang akan diikuti Bojonegoro di APGN ini. Yakni geofair presentasi tentang petroleum geopark Bojonegoro, Simposium, dan tampilan tari kebanggaan masyarakat Bojonegoro pada saat pembukaan yaitu teatrikal Thengul. "Penampilan teatrikal thengul akan dikombinasi tari dan Fashion batik Bononegoro," pungkas Amir, sapaan akrabnya.
Untuk diketahui, Simposium APGN ini merupakan ajang yang tepat bagi daerah-daerah yang memiliki geopark. Karena para peserta yang akan mengikuti simposium memiliki latar belakang beragam. Mulai dari peneliti, akademisi, pegiat lingkungan, pengelola geopark, pengusaha, pejabat birokrat dan mahasiswa. Sehingga kedatangan mereka selain untuk tujuan utama mengikuti simposium, juga akan berinteraksi dengan peserta lain untuk membangun relasi baru dan jaringan baru di bidang akademik maupun bisnis sesuai dengan bidang masing-masing.
Selain itu, melalui APGN ini menjadi sarana pertukaran pengetahuan. Karena kegiatan simposium ini sejatinya adalah wadah pertukaran ilmu, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh para pengelola Geopark di kawasan Asia Pasifik. Best practice pengelolaan geopark maupun hasil-hasil kajian, telaahan dan penelitian di berbagai negara tentang tema geopark akan dipresentasikan dan didiskusikan secara terbuka. Hasilnya akan didokumentasikan untuk menjadi bahan studi lebih jauh bagi para pihak yang berkepentingan. (Dwi/Kominfo)
Sangat Puas
80 % |
Puas
5 % |
Cukup Puas
0 % |
Tidak Puas
14 % |